16 Februari 2025

Ketika Ketua PERADI Jadi Wakil Menteri: Ngurus Advokat, Ngurus Negara, Ngurus Kepala Sendiri"

Ketika Ketua PERADI Jadi Wakil Menteri: Ngurus Advokat, Ngurus Negara, Ngurus Kepala Sendiri"


Jakarta 16 Februari 2025, 

Suatu Renungan disore hari oleh : Soleman B. Ponto


Suatu pagi yang cerah, di kantornya yang megah, Pak Thohasee, Ketua PERADI yang terkenal tajam dalam debat dan galak di pengadilan, sedang menikmati secangkir kopi. Tapi sebelum kopi itu habis, datanglah telepon yang mengubah hidupnya.

📞 "Pak Thohasee, selamat! Anda diangkat menjadi Wakil Menteri Hukum dan HAM!"

Pak Thohasee hampir menyemburkan kopinya. “APA?! Saya Ketua PERADI! Kok bisa jadi Wakil Menteri?! Kan harus independen?”

Suara di telepon tertawa kecil. “Tenang, Pak. Di negeri ini, hukum itu fleksibel. Kalau kita bisa atur tafsirannya, semua bisa jadi halal!”

Pak Thohasee menggaruk kepalanya. “Tapi ini konflik kepentingan!”

“Bapak kan ahli hukum, tinggal bikin tafsirannya sendiri!”

Pak Thohasee pun mengangguk pelan. “Hmm… ini menarik.”


Hari Pertama di Kementerian: Berkas dan Kopi Tumpah

Hari pertama jadi Wakil Menteri, Pak Thohasee masuk ke kantornya dengan penuh semangat. Baru duduk, ajudannya datang membawa dua tumpukan berkas.

📑 Tumpukan pertama: "Regulasi Advokat Harus Lebih Ketat"
📑 Tumpukan kedua: "Advokat Harus Lebih Bebas dari Intervensi Pemerintah"

Pak Thohasee menatap dua dokumen ini dengan wajah bingung. “Lho, ini kok isinya berlawanan?”

Ajudannya tersenyum. “Yang pertama untuk Bapak sebagai Wakil Menteri, yang kedua untuk Bapak sebagai Ketua PERADI.”

Pak Thohasee mulai pusing. "Jadi saya harus dukung yang mana?"

Ajudannya dengan santai menjawab, "Ya tergantung Pak mau jawab sebagai siapa!"

Pak Thohasee menatap langit-langit, bertanya dalam hati: "Saya siapa? Saya di mana?"


Rapat di Dua Tempat Sekaligus: Politik Belah Diri!

Suatu hari, Pak Thohasee harus menghadiri dua rapat penting di waktu yang sama:

  1. Rapat di Kementerian: Membahas aturan yang memperketat advokat.
  2. Rapat di PERADI: Membahas perlawanan terhadap aturan pemerintah yang memperketat advokat.

Karena tak bisa memilih, dia pakai jurus canggihZoom Meeting ganda!

  • Di Kementerian: "Advokat harus diatur lebih ketat! Jangan sampai ada mafia hukum!"
  • Di PERADI: "Kita harus lawan campur tangan pemerintah! Advokat harus independen!"

Kedua rapat tepuk tangan. Semua puas.

Tapi tiba-tiba… dua laptopnya tertukar!

  • Di Kementerian, mereka mendengar: “Kita harus melawan aturan ini, pemerintah jangan ikut campur!”
  • Di PERADI, mereka mendengar: “Advokat harus lebih patuh kepada pemerintah!”

Hening. Semua peserta rapat terdiam.

Lalu ajudannya berbisik, “Pak… kayaknya kita kena…”

Pak Thohasee langsung menutup laptop, berdiri, dan berkata, “Sebentar ya, saya ada panggilan darurat… dari diri saya sendiri.” Lalu dia ngeloyor pergi.


Konflik Kepentingan Level Dewa

Hari itu juga, ajudannya datang dengan wajah serius.

"Pak, ada kasus besar. Pemerintah mau menuntut seorang advokat karena diduga melanggar hukum."

Pak Thohasee mengangguk. "Baik, kita proses hukum sesuai aturan!"

Ajudan ragu-ragu. "Tapi advokat itu anggota PERADI, Pak."

Pak Thohasee berhenti. "Ehh… oke, berarti saya harus bela advokatnya dong!"

Ajudan makin pusing. "Tapi Pak, Bapak juga Wakil Menteri yang harus menuntutnya!"

Pak Thohasee mulai merasa otaknya korsleting. "Jadi saya harus menuntut… diri saya sendiri yang sedang membela advokat yang saya tuntut?!"

Ajudan mengangguk pelan.

Pak Thohasee langsung terduduk. "Astaga, hukum di negeri ini terlalu canggih. Sampai saya sendiri gak paham lagi."

Lalu, sambil menyeruput kopinya, dia berbisik…

"Mungkin, saya harus bikin aturan baru: Kalau ketua PERADI jadi Wakil Menteri, maka yang boleh kena hukum hanya orang yang bukan saya."

Dan semua pun tertawa… kecuali ajudannya, yang sudah siap resign. 😆

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar