2 Maret 2025

"Pak Bejo, Utang, dan Solusi Ajaibnya"

"Pak Bejo, Utang, dan Solusi Ajaibnya"

Sebuah Renungan diawal bulan Maret 2025

Oleh : Soleman B. Ponto

Pak Bejo adalah pengusaha sukses (setidaknya menurut versinya sendiri). Dia punya banyak bisnis: ada bank, angkot, warung beras, toko pupuk, dan bahkan perumahan murah meriah (yang akhirnya lebih murah daripada yang dia bayangkan).

Tapi ada satu masalah besar. Pak Bejo terlalu baik hati.

Dia banyak mempekerjakan keponakan, saudara jauh, dan bahkan tetangga yang jago main kartu, tapi nggak jago kerja. Akibatnya, perusahaannya mulai merugi. Utangnya numpuk sampai kalkulator butuh istirahat.

Sampai akhirnya, para kreditur mulai mengetuk pintu.

Kreditur: "Pak Bejo, kapan utang ini dibayar?"

Pak Bejo: (sambil cengar-cengir) "Tenang, ada solusi ajaib!"

Daripada semua bisnisnya bangkrut satu per satu, Pak Bejo memutuskan menggabungkan semuanya jadi satu perusahaan baru bernama PT Cemerlang Sejahtera Bersama Abadi Makmur (CSBAM).

Kenapa namanya ribet? Karena kalau panjang dan keren, kelihatannya lebih meyakinkan.

Setelah mengumpulkan para kreditur, dia menawarkan ide brilian:

Pak Bejo: "Daripada utang nggak dibayar, gimana kalau saya ubah utang ini jadi saham? Jadi Bapak-Ibu semua nggak rugi, malah punya bagian di CSBAM! Nanti bisa dapat untung juga. Pokoknya win-win solution!"

Kreditur pun berpikir, daripada rugi total, mending dapat saham. Mereka setuju. Tapi ada satu hal yang tidak disadari oleh Pak Bejo: karena utangnya gede banget, sahamnya sendiri jadi makin kecil.

Lama-kelamaan, kreditur dan investor baru makin besar kepemilikannya. Saham Pak Bejo makin tipis, kayak lembaran tisu yang kena angin.

Sampai akhirnya, Pak Bejo sadar dia cuma jadi penonton di perusahaan sendiri.

Pak Bejo: "Lho, kok saya nggak punya kontrol lagi?"

Investor Asing: "Pak Bejo tenang aja, Bapak jadi komisaris aja, tapi tanda tangan doang ya, keputusan tetap kami yang buat!"

Sekarang, mari kita ganti "Pak Bejo" dengan "Indonesia", "CSBAM" jadi "Danantara", dan kreditur jadi "investor asing".

Indonesia punya banyak BUMN di berbagai sektor strategis seperti perbankan, transportasi, energi, pangan, dan konstruksi. Namun, karena terlalu banyak dikelola oleh orang-orang titipan yang kurang kompeten, BUMN mengalami kerugian besar.

Pemerintah akhirnya membuat solusi "win-win" dengan membentuk Danantara sebagai holding baru yang menggabungkan aset BUMN.

Lalu, utang-utang BUMN dikonversi menjadi saham di Danantara, yang kemudian diberikan kepada para kreditur dan investor asing.

Akibatnya:

  1. Kepemilikan negara makin berkurang, karena sahamnya terus terdilusi.
  2. Investor asing makin menguasai aset strategis, sementara Indonesia hanya jadi "pengelola simbolis."
  3. Keuntungan utama dinikmati investor asing, sementara rakyat tetap bayar tarif listrik, tol, dan layanan publik yang makin mahal.

Hingga akhirnya, Indonesia hanya jadi penonton di asetnya sendiri.

Referensi dan Dasar Hukum

  1. UU No. 1 Tahun 2025 tentang BUMN
    • Undang-undang ini menjadi dasar pembentukan Danantara sebagai holding yang menaungi BUMN strategis.
  2. PP No. 10 Tahun 2025 tentang Organisasi dan Tata Kelola BPI Danantara
    • Dalam peraturan ini, disebutkan bahwa tujuan Danantara adalah untuk menarik Foreign Direct Investment (FDI) dan menjadikannya mitra strategis bagi investor asing.
    • Pernyataan resmi dalam PP tersebut:

"Pemerintah telah melakukan perbaikan iklim investasi dan kemudahan berusaha untuk Foreign Direct Investment (FDI) yang masuk ke Indonesia... Danantara memiliki karakteristik khusus yang dapat menjadikan lembaga ini sebagai mitra strategis bagi investor asing."

  1. Laporan dan Analisis Keuangan BUMN
    • Banyak BUMN strategis yang mengalami kerugian akibat beban utang dan inefisiensi manajemen.
    • Konversi utang menjadi saham dapat menyebabkan hilangnya kontrol negara atas aset strategis.

Moral Cerita

Jangan sampai suatu hari kita bangun tidur, terus sadar kalau negara ini udah bukan milik kita lagi. ðŸ¤¦‍♂️💸

Lawan atau hanya jadi penonton? Keputusan ada di tangan kita!

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar