BAKAMLA KEMBALI KE TNI AL: KISAH SI ANAK HILANG YANG PULANG
Lamunan di Pantai Utara Jawa, 17 Maret 2025
Oleh : Soleman B Ponto, Detektif Romantika
Latar Belakang: Bakamla yang Galau dengan Status Baru
Dulu, di lautan biru Nusantara, Bakamla lahir sebagai badan keamanan laut yang gagah dan penuh semangat. Ia adalah anak baru di dunia maritim Indonesia, diberi tugas untuk menjaga keamanan perairan, seperti seorang satpam kompleks yang rajin patroli sambil sesekali menegur nelayan nakal atau kapal yang lupa kasih lampu sein.
Namun, sejak kecil, Bakamla sering menghadapi dilema eksistensial. "Aku ini siapa?" tanyanya dalam hati.
- "Apakah aku polisi laut?"
- "Apakah aku tentara laut?"
- "Atau aku ini cuma pengawas lalu lintas air?"
Setiap kali bertanya, jawabannya selalu berbeda-beda. Kadang ada yang bilang, “Kamu itu coast guard Indonesia, harus independen!” tapi di lain waktu, ada yang mengingatkan, “Eh, tapi kalau ada yang nyerang, tetap butuh TNI AL.”
Lalu datanglah RUU TNI!
Seperti surat takdir dari langit, RUU ini membawa kabar besar: Bakamla resmi menjadi bagian dari militer!
"Hore! Akhirnya aku punya status jelas!" seru Bakamla.
Sekarang, Bakamla bisa pakai atribut militer, ikut latihan perang, dan yang paling penting—bisa berjalan tegap sambil teriak "Siap, Komandan!" dengan suara serak-serak macho.
Namun, ada satu hal yang tidak Bakamla sadari: Kalau sudah jadi militer, berarti harus ikut aturan main TNI!
Dan di situlah masalah dimulai…
Babak Baru: "Lho Kok Balik Lagi?"
Pagi itu, di perairan Natuna, kapal Bakamla "Pantang Mundur" sedang berpatroli dengan bangga. Awak kapal baru saja menerima baret loreng dan sepatu PDL baru—sesuatu yang dulu hanya bisa mereka impikan.
Komandan kapal, Kolonel Sugeng, berdiri tegap di anjungan.
"Akhirnya! Kita setara dengan TNI AL! Sekarang kita bisa ikut latihan tempur, pakai seragam keren, dan bahkan punya yel-yel sendiri!" katanya sambil tersenyum lebar.
Tapi senyum itu tak bertahan lama.
Dari kejauhan, kapal perang TNI AL "Gagah Perkasa" melaju kencang. Tak lama kemudian, terdengar suara tegas dari speaker:
"Bakamla, berhenti! Siapa yang kasih izin kalian main militer di laut ini?"
Komandan Sugeng panik. Tapi dia berusaha tetap tenang dan membalas dengan suara lantang:
"Kami sekarang bagian dari militer, Komandan! Kami setara dengan kalian!"
Beberapa menit kemudian, sebuah helikopter mendarat di geladak. Seorang perwira tinggi TNI AL turun dengan membawa selembar surat perintah.
Dengan wajah serius, sang perwira membuka dokumen itu dan berkata,
"Dengan adanya RUU TNI, Bakamla yang kini berstatus militer resmi kembali bergabung dengan TNI AL. Selamat, kalian bukan lagi lembaga mandiri—mulai sekarang kalian kembali menjadi bagian dari kami!"
Seisi kapal Bakamla terdiam. Beberapa awak yang tadinya senyum-senyum kini mulai gigit bibir, menggenggam erat baret barunya.
"Jadi… kita balik jadi anak buah TNI AL?" tanya salah satu kru dengan suara gemetar.
"Betul sekali," jawab sang perwira. "Kalian akan masuk dalam struktur TNI AL. Itu berarti latihan lebih keras, aturan lebih ketat, dan… nggak boleh pakai yel-yel sendiri!"
Seorang kru spontan menjerit,
"Tapi Komandan! Kami sudah beli seragam baru! Kami sudah latihan formasi tempur! Kami bahkan sudah bikin yel-yel sendiri: 'Bakamla Gagah, Lautan Ramah'!"
Perwira TNI AL tertawa kecil.
"Yel-yelnya bagus, tapi sekarang kalian pakai yel-yel kami: 'Jalesveva Jayamahe'! Dan seragam baru itu? Siap-siap diganti dengan yang resmi dari TNI AL."
Komandan Sugeng menghela napas panjang, mengusap wajahnya, lalu bergumam,
"Dulu kita sipil, terus militer, eh sekarang balik lagi ke TNI AL. Nasib, nasib… Mau jadi angkatan laut, tapi muter-muter dulu."
Dan begitulah, Bakamla yang ingin jadi mandiri akhirnya pulang ke rumah lamanya: TNI AL.
Kini, kapal-kapal Bakamla tetap mengarungi laut, tapi dengan satu tambahan penting: para awaknya harus terbiasa lagi meneriakkan,
"Siap, Laksamana!" 🚢⚓
Tidak ada komentar:
Posting Komentar