"Jenderal Ikan Asin: Ketika Militer Masuk KKP"
Lamunan pinggir pantai Jakarta 17 Maret 2025
Oleh : Pelamun Soleman B Ponto, Detektif Romantika
Di suatu pagi yang cerah di kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), suasana mendadak berubah tegang. Para pegawai yang biasanya sibuk meneliti stok ikan, mengurus izin kapal, dan ngobrol soal harga udang, kini harus berhadapan dengan sepasukan militer berseragam loreng-loreng.
"Apa ini? Kudeta perikanan?" bisik Pak Budi, seorang staf senior yang sudah 20 tahun bekerja di KKP.
Masalahnya, ini bukan latihan perang atau pengamanan negara. Ini adalah hari pertama militer masuk ke dalam struktur KKP setelah revisi undang-undang yang katanya akan memperkuat kementerian ini.
Kapten Berhadapan dengan Ikan Terbang
Salah satu perwira muda yang baru ditempatkan di KKP, Kapten Budi Wijaya, memasuki ruang rapat dengan langkah tegap. Ia menatap layar proyektor yang menampilkan diagram populasi ikan kerapu di perairan Natuna.
"Baik, Bapak dan Ibu sekalian," kata Kapten Budi dengan suara lantang. "Mulai hari ini, kita akan menerapkan strategi pertahanan militer dalam pengelolaan ikan!"
Pak Heru, seorang analis perikanan yang biasa menangani riset stok ikan, mengangkat tangan. "Maaf, Kapten. Yang kami kelola itu ikan, bukan musuh bersenjata."
"Tidak masalah!" seru Kapten Budi. "Kita akan menempatkan pasukan khusus di setiap tambak ikan, lengkap dengan senjata!"
"Lho, Pak. Kalau nelayan lihat tentara bersenjata di laut, mereka bisa lari ketakutan. Mereka itu cari ikan, bukan lawan perang," ujar Bu Siti, pegawai KKP lainnya.
"Tidak apa-apa," jawab Kapten Budi dengan serius. "Ikan yang mencoba melarikan diri dari jaring juga bisa kita anggap sebagai infiltrator. Kita akan buat strategi penyerangan untuk menangkap ikan-ikan pembangkang!"
Pak Heru langsung pusing. "Pak, ini kementerian perikanan, bukan pangkalan militer! Kami ini biasa meneliti ikan, bukan menangkap pemberontak!"
Perang Melawan FAO dan Nelayan Asing
Tak hanya itu, Kapten Budi mulai berusaha mengatur kerja sama KKP dengan organisasi internasional seperti Food and Agriculture Organization (FAO).
"Mulai hari ini, kita hentikan kerja sama dengan FAO! Kita akan buat strategi pertahanan sendiri!" katanya dengan penuh semangat.
Bu Siti hampir tersedak kopinya. "Pak, kalau FAO pergi, kita kehilangan bantuan teknis, dana riset, dan program keberlanjutan perikanan!"
"Tidak apa-apa! Kita bisa bertahan sendiri! Kalau FAO tidak mendukung, kita bikin aliansi militer di laut!"
"Pak, FAO itu organisasi pangan, bukan NATO!"
Tapi Kapten Budi tetap keras kepala. Ia bahkan mengusulkan agar nelayan asing yang melanggar aturan harus disergap dengan operasi militer.
"Pak, nelayan ilegal itu memang masalah," kata Pak Heru. "Tapi kita tidak bisa mengejar mereka pakai kapal perang dan torpedo!"
"Tidak bisa? Kenapa tidak?"
"Karena mereka bukan kapal perang, Pak. Mereka cuma nelayan cari makan!"
Tapi Kapten Budi tetap keukeuh. Ia mulai mendesain strategi tempur di laut, lengkap dengan tank yang bisa berenang dan drone pemantau cumi-cumi.
Nelayan vs. Militer: Siapa yang Menang?
Puncaknya terjadi ketika pasukan militer mengadakan inspeksi di pasar ikan. Mereka berusaha menerapkan strategi pertahanan terhadap hasil tangkapan nelayan.
Seorang nelayan tua bernama Pak Dul baru saja tiba di pelabuhan dengan hasil tangkapannya. Tiba-tiba, ia dikepung oleh tiga tentara bersenjata.
"Pak, mohon tunjukkan izin operasi laut Anda!" kata seorang tentara.
Pak Dul bingung. "Ini ikan saya sendiri, Pak. Saya nangkep sendiri!"
"Tidak bisa! Kami harus memastikan ikan ini bukan ikan pemberontak!"
Pak Dul langsung ngakak. "Pak, ikan pemberontak itu gimana bentuknya? Ini ikan asin, bukan mata-mata!"
Sementara itu, di kantor KKP, situasi semakin kacau. Para pegawai sipil mulai protes, FAO menarik bantuan, dan Bakamla makin bingung ngapain di sana.
Pak Heru akhirnya berkata, "Kalau begini caranya, lebih baik Bakamla dibubarkan aja! Tanpa mereka, kita bisa lebih fokus pada kerja sama sipil dan perikanan tanpa gangguan militer!"
Kapten Budi langsung panik. "Tidak bisa! Kita butuh strategi pertahanan di lautan!"
"Tapi, Pak! Ini kementerian yang tugasnya ngurus ikan, bukan latihan perang!"
Akhirnya, Presiden turun tangan dan mengembalikan struktur KKP ke sistem semula. Militer pun ditarik dari KKP dan kembali ke tugas utamanya, yaitu pertahanan negara.
Pak Dul, sang nelayan, hanya tersenyum dan berkata, "Lihat kan? Kalau tentara ngurus ikan, hasilnya jadi perang sama tongkol!"
TAMAT. 🚢😂
Tidak ada komentar:
Posting Komentar