Negara Republik Ngacoeria: Ketika Koneksitas Dihapus, Kekacauan Dimulai
Jakarta 08 Januari 2025
Oleh : Laksda TNI (Purn) Soleman B. Ponto, ST, SH, MH, CPM, CPARB*)
Alkisah dizaman baheulak ada sebuah negera bernama Republik Ngacoeria. Di negera itu segala sesuatu kadang berjalan terbalik. Negara ini terkenal karena ide-ide aneh yang sering diusulkan oleh para pejabatnya. Salah satu ide terbaru mereka adalah menghapus koneksitas dari sistem peradilan. "Militer harus tunduk pada peradilan umum!" teriak seorang pembuat undang-undang dengan gaya pidato bak orator hebat. Tapi sayangnya, dia lupa satu hal: militer Ngacoeria tidak suka bercanda.
Ide Cemerlang yang Mengundang Badai
Pembuat RUU Peradilan Ngaco, menganggap ide ini sebagai bentuk "reformasi." Mereka berpendapat bahwa dengan menghapus koneksitas, semua kasus bisa lebih "efisien." Tapi yang terjadi justru sebaliknya. Militer Ngacoeria, yang terkenal sangat disiplin dan tidak pernah salah alamat, langsung bereaksi keras.
"Ini apa-apaan? Kami jaga negara, kok mau diadili sama sistem yang bahkan nggak ngerti cara pasang tenda militer!" ujar Jenderal Belut Goreng, Panglima tertinggi Militer Ngacoeria.
Rapat Rahasia Para Jenderal
Di sebuah markas rahasia yang hanya bisa ditemukan jika Anda tahu password Wi-Fi-nya (dan itu pun berubah setiap jam), para jenderal Ngacoeria berkumpul. "Kawan-kawan, kita harus bertindak. Kalau koneksitas dihapus, militer kita akan jadi bahan lelucon. Kita nggak bisa biarkan ini terjadi," kata Jenderal Belut sambil mengepalkan tangan.
Rapat itu memutuskan satu hal: para pembuat RUU harus diajak "berdiskusi," dengan cara yang tidak biasa.
Misi Diam-Diam: Operasi Tangkap Tukang RUU
Pada suatu malam, di bawah langit yang gelap dan tanpa bintang, tim khusus Militer Ngacoeria yang dikenal sebagai "Tim Kodok Loncat" bergerak. Dengan keahlian yang tak tertandingi, mereka menculik para pembuat RUU satu per satu, tanpa suara, tanpa jejak.
Pembuat undang-undang yang biasa bicara lantang di podium tiba-tiba menghilang. Para tetangga hanya mendengar suara "plop!" seperti balon pecah, lalu sunyi.
Diskusi "Hangat" di Markas Rahasia
Para pembuat RUU yang diculik akhirnya dibawa ke markas rahasia militer. Mereka disambut oleh Jenderal Belut Goreng dengan senyuman lebar yang lebih menyeramkan daripada wajah serius.
"Kalian tahu kenapa kalian ada di sini?" tanya Jenderal Belut.
"Kami... kami cuma mau reformasi," jawab salah satu pembuat RUU dengan gemetar.
"Reformasi apa? Reformasi yang bikin negara kita jadi bahan tertawaan? Apa kalian pikir militer ini lelucon?" Jenderal Belut menatap tajam sambil memegang peta besar yang ternyata cuma gambar ayam goreng.
RUU Tidak Jadi UU
Setelah "diskusi panjang" yang melibatkan suara keras, beberapa piring pecah, dan kopi yang terlalu pahit, para pembuat RUU akhirnya sadar bahwa ide mereka salah besar. Mereka setuju untuk menarik RUU tersebut sebelum menjadi UU.
"Kalian benar, Jenderal. Kami salah. Kami akan berhenti," kata salah satu dari mereka dengan suara kecil.
"Bagus. Tapi ingat, kalau ide seperti ini muncul lagi, kami akan mengirimkan Tim Kodok Loncat sekali lagi. Dan kali ini, mereka nggak cuma ngajak diskusi."
Ngacoeria Kembali Tenang
Setelah kejadian itu, Republik Ngacoeria kembali tenang. Koneksitas tetap ada, militer kembali fokus menjaga negara, dan para pembuat undang-undang lebih hati-hati dalam mengusulkan ide-ide mereka.
Semoga cerita ini tidak terjadi di negara kita tercinta, Indonesia.
Koneksitas itu penting untuk menjaga harmoni antara peradilan umum dan militer. Menghapusnya bukan hanya melanggar konstitusi, tapi juga bisa memancing kekacauan yang tidak perlu. Mari kita jaga negeri ini agar tidak menjadi seperti Ngacoeria, tempat di mana ide buruk sering kali membawa akibat yang lucu, tapi berbahaya.
Pesan dari Jenderal Belut Goreng: "Jangan pernah main-main dengan TNI... atau Tim Kodok Loncat akan datang!"
*)Kabais TNI (2011-2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar