30 Mei 2025

“Helsinki di Ujung Kenangan”

 

“Helsinki di Ujung kenangan”

oleh Soleman B. Ponto, terinspirasi MoU Helsinki

Di ujung kenangan yang lelah
dan di balik jendela kaca berembun Finlandia,
dua tangan yang pernah saling menuding
akhirnya bertemu...
bukan untuk menarik pelatuk,
tapi untuk menandatangani janji pulang ke rumah.

Helsinki,
kau tak punya tugu pahlawan Aceh,
kau tak mengerti rencong, kopi, dan tanah basah
yang menyimpan isak anak-anak Lhokseumawe.
Namun di kota salju itulah,
sejarah memilih duduk diam,
dan berkata: “Damai itu tidak harus satu bangsa dua negara,
cukup satu hati dua pengertian.”

MoU bukan mantra, bukan akta warisan
Ia hanya selembar kertas
yang membungkus rindu pada kemanusiaan
yang terlalu lama tertahan di hutan-hutan sunyi
dan di rumah-rumah tanpa ayah pulang.

Dan kini,
di kampung yang dulu bergetar oleh suara tembakan,
anak-anak mulai belajar menulis kata baru:
“Pemilu, partai lokal, dan otonomi.”
Mereka tak lagi menggambar helikopter tempur,
tapi bendera Aceh berkibar di antara merah putih
tanpa rasa takut dikira makar.

MoU tidak punya masa berlaku,
karena damai,
seharusnya tidak mengenal tanggal kedaluwarsa.
Ia hanya mengenal setia —
setia pada janji,
setia pada luka yang tak ingin diulang,
setia pada cita-cita agar tanah rencong
tak lagi basah oleh air mata yang salah alamat.

Dan bila kelak,
ada yang ingin merobek isi janji itu,
ingatlah:
tinta yang tertulis di Helsinki
berasal dari darah yang tak ingin tumpah lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar